Home / Riau /
Komunitas Pelari Kampong: Merawat Sehat Lewat Langkah Kebersamaan di Selatpanjang
Komunitas Pelari Kampong, berkumpul dan berlari mengelilingi ruas-ruas jalan Selatpanjang. Foto: SM News
RiauAkses.com, Kepulauan Meranti - Saat matahari belum sepenuhnya tenggelam di ufuk Selatpanjang, langkah-langkah kecil mulai menyentuh aspal. Bukan iring-iringan kendaraan, melainkan derap sepatu lari yang beriringan, menyusuri jalanan Kota Sagu dengan ritme yang sama yakni berlari pelan, konsisten, dan penuh semangat.
Mereka adalah sejumlah pemuda Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, yang sepakat mengikat kebersamaan dalam sebuah komunitas sederhana bernama Pelari Kampong. Tak ada seragam mahal, tak pula target prestasi muluk. Yang ada hanyalah niat untuk bergerak, menjaga kesehatan, dan menghidupkan kembali ruang-ruang kota lewat langkah kaki.
Setiap pekan, dalam beberapa harinya komunitas ini berkumpul dan berlari mengelilingi ruas-ruas jalan Selatpanjang—dari sudut kampung hingga pusat kota.
Tak hanya mengisi waktu di sore hari, para pemuda ini juga kerap memulai hari dengan langkah yang sama. Di pagi hari, terlebih saat akhir pekan atau hari libur, mereka telah mengatur waktu untuk berlari mengitari jalan-jalan kota, menyapa Selatpanjang yang masih lengang dan berselimut udara segar.
Bagi mereka, lari bukan soal kecepatan atau jarak tempuh. Lebih dari itu, ia menjadi cara sederhana untuk merawat tubuh sekaligus menyegarkan pikiran. Jalanan yang dilalui perlahan menjadi saksi kebersamaan—tentang tawa ringan di sela napas terengah, tentang cerita yang mengalir seiring langkah kaki.
Aktivitas ini juga menghadirkan pemandangan berbeda bagi warga. Kehadiran para pelari di sudut-sudut kota menghadirkan energi baru, seolah mengingatkan bahwa ruang publik bukan hanya milik kendaraan, tetapi juga tempat tubuh bergerak dan jiwa beristirahat.
Belakangan ini, meningkatnya kesadaran masyarakat Selatpanjang terhadap pentingnya hidup sehat tampak jelas di Jalan Pramuka. Setiap sore hari, atau di pagi hari saat akhir pekan dan libur, kawasan ini kerap dipenuhi warga—baik yang berdomisili di sekitar kota maupun dari wilayah yang lebih jauh yang memanfaatkan ruang terbuka untuk berolahraga, khususnya lari.
Dari rutinitas sederhana itulah sebuah gagasan tumbuh. Pertemuan demi pertemuan di lintasan aspal, sapaan singkat yang berulang, hingga langkah-langkah yang akhirnya berjalan beriringan, melahirkan sebuah komunitas bernama Pelari Kampong. Sebuah ruang kebersamaan yang lahir tanpa konsep rumit, hanya berangkat dari kesamaan minat dan semangat untuk bergerak.
Jalanan yang biasanya hanya menjadi lintasan kendaraan perlahan berubah fungsi. Ia menjelma ruang interaksi sosial. Sapaan warga yang melintas, senyum polos anak-anak yang menyaksikan dari tepi jalan, hingga tatapan heran para pedagang sore, menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap putaran lari yang mereka lalui.
Di balik langkah-langkah pelan itu, Pelari Kampong tidak hanya mengusung semangat olahraga, tetapi juga menghadirkan wajah lain Selatpanjang, yakni kota yang hidup, ramah, dan memberi ruang bagi warganya untuk saling menyapa.
Nama Pelari Kampong bukan sekadar label. Ia lahir dari kesadaran bahwa semangat hidup sehat tak harus dimulai dari stadion megah atau fasilitas modern. Kampung, dengan segala kesederhanaannya, justru menjadi titik awal. Dari gang sempit, tepi laut, hingga jalan protokol kota, langkah-langkah itu disatukan oleh rasa memiliki terhadap Selatpanjang.
Bagi para pemuda ini, berlari bukan semata mengejar jarak atau waktu. Ada cerita yang dibagi, tawa yang dilepas, dan penat yang ditinggalkan di belakang. Di tengah kesibukan dan rutinitas harian, Pelari Kampong hadir sebagai ruang pulang dan tempat tubuh bergerak dan pikiran bernapas.
Tak jarang, kehadiran mereka menarik minat pemuda lain. Satu per satu bergabung, tanpa syarat rumit. Cukup sepatu seadanya dan kemauan untuk melangkah. Dari sinilah komunitas ini tumbuh, bukan sebagai ajang kompetisi, melainkan perayaan kebersamaan.
Gagasan awal lahirnya komunitas sehat ini bermula dari seorang pemuda bernama Candra. Dari obrolan sederhana dan keinginan untuk berlari secara konsisten, ia kemudian mengajak beberapa temannya menyusun jadwal lari rutin melalui sebuah grup WhatsApp. Langkah kecil itu perlahan menemukan iramanya sendiri, hingga akhirnya mereka sepakat mendirikan komunitas Pelari Kampong pada Juli lalu.
Candra menuturkan, nama Pelari Kampong terinspirasi dari kebiasaan para anggota yang kerap menyusuri jalur-jalur perkampungan saat berlari bersama. Di sana, mereka menikmati embun pagi yang masih menggantung dan hangatnya sinar mentari senja yang menyapa dari balik rumah-rumah warga. Tak jarang pula, langkah-langkah itu berlanjut hingga malam hari, mengitari ruas-ruas jalan Kota Selatpanjang yang mulai lengang.
Lebih dari sekadar aktivitas fisik, kegiatan berlari bersama ini menjadi ruang temu yang hangat. Tempat berbagi cerita, menjaga semangat agar tetap konsisten, sekaligus memperluas jejaring sosial antaranggota. Di sela napas yang terengah, percakapan ringan dan tawa kecil justru menguatkan ikatan kebersamaan.
Mayoritas anggota Pelari Kampong merupakan pelari pemula yang baru memulai langkahnya. Meski demikian, komunitas ini juga diwarnai oleh pelari yang telah berpengalaman mengikuti berbagai ajang lari di sejumlah kota besar di Indonesia, bahkan hingga event internasional di Singapura. Perbedaan latar belakang itu menjadi kekuatan tersendiri, tempat berbagi pengalaman, pengetahuan, dan motivasi seputar dunia lari.
Dengan semangat kebersamaan, Pelari Kampong tidak menempatkan diri sebagai komunitas yang mengejar prestasi semata. Lebih dari itu, mereka ingin tumbuh sebagai ruang yang saling mendukung—di mana setiap langkah dihargai, setiap proses dirayakan, dan setiap pelari, pemula maupun berpengalaman, berjalan beriringan dalam satu irama.
Para pelari baru disambut dengan tangan terbuka. Mereka diayomi, diajari teknik pernapasan yang benar, atau sekadar diingatkan untuk minum air yang cukup. Di lintasan yang sama, mereka berbagi cerita dan tawa, bahkan tak jarang menumpahkan keluh kesah tentang pekerjaan, tentang hidup, atau sekadar tentang betapa beratnya langkah hari itu.
Usai sesi lari, kebersamaan belum berakhir. Mereka kerap melanjutkan waktu bersama di kedai-kedai kopi yang berjejer di tepi laut. Sambil menyeruput kopi atau teh hangat, obrolan mengalir ringan tentang rute baru yang ingin dijajal, target pribadi yang ingin dicapai, atau sekadar berbagi kisah sederhana yang mempererat rasa kekeluargaan.
Di ruang-ruang sederhana itulah ikatan persahabatan tumbuh semakin kuat. Kesehatan menjadi jantung dari komunitas ini. Mereka meyakini bahwa berlari di tengah suasana kampung yang asri bukan hanya melatih fisik, tetapi juga menyembuhkan jiwa. Udara yang bersih menyegarkan paru-paru, pemandangan hijau menenangkan mata, dan interaksi sosial yang positif menjaga kesehatan mental.
Bagi Pelari Kampong, tujuan mereka bukan semata mengejar jarak atau mencatat kilometer tertentu. Lebih dari itu, mereka mengejar kualitas hidup yang lebih baik—hidup yang lebih seimbang, terbebas dari tekanan, dan tetap merasa muda di dalam jiwa.
“Satu langkah, satu napas, satu hati,” menjadi mantra tak tertulis yang mereka pegang. Setiap langkah adalah meditasi, setiap embusan napas adalah bentuk syukur.
Jika ada yang melambat, yang lain akan menunggu. Mereka menyesuaikan langkah, menemani dengan ritme pelan, dan menyemangati dengan kata-kata hangat. Rasa lelah pun perlahan terkikis, digantikan oleh energi kebersamaan dan persaudaraan yang membuat setiap perjalanan terasa lebih ringan.
Bagi komunitas ini, keikutsertaan dalam event lari resmi bukan semata tentang pencapaian individu. Lebih dari itu, ia menjadi ruang untuk menguatkan identitas dan eksistensi komunitas Pelari Kampong sebagai wadah yang mendukung siapa saja yang ingin menjadikan lari bagian dari gaya hidup sehat.
Terbaru, sebagai bagian dari masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti, Pelari Kampong memiliki cara tersendiri dalam merayakan Hari Jadi Kepulauan Meranti ke-17. Seluruh anggota komunitas menggelar lari bersama (Fun Run) sejauh 17 kilometer mengelilingi Selatpanjang, pada Minggu (21/12/2025) lalu. Angka 17 dipilih bukan tanpa makna, melainkan sebagai simbol usia daerah yang mereka cintai.
Kegiatan tersebut dimaknai sebagai ungkapan syukur sekaligus harapan akan kemajuan dan kesejahteraan kampung halaman. Di setiap langkah yang mereka ayunkan, terselip doa dan optimisme bahwa Selatpanjang dan Kabupaten Kepulauan Meranti akan terus bergerak maju, seiring semangat sportivitas, kebersamaan, dan persaudaraan yang terjaga.
Sebagai komunitas lari yang masih tergolong baru, Pelari Kampong bertekad menjadi ruang yang inklusif. Tempat bagi masyarakat Selatpanjang untuk berlari dengan cara yang lebih ramah, santai, dan menyenangkan tanpa tekanan, tanpa sekat, dan tanpa keharusan menjadi pelari profesional.
“Mari bergabung. Komunitas ini terbuka untuk siapa saja, dari berbagai latar belakang dan kalangan usia,” ajak Ketua Pelari Kampong, Candra.
Bagi masyarakat Selatpanjang yang ingin ikut ambil bagian, Pelari Kampong membuka pintu seluas-luasnya. Informasi jadwal lari rutin dan aktivitas komunitas dapat diikuti melalui media sosial Instagram dan TikTok @pelarikampong170725.
Di antara derap langkah yang beriringan, ada sosok Randi Juniawan, SE., MM yang kerap hadir dengan ritme tenang namun konsisten. Ia bukan pelari yang selalu berada di depan, tetapi hampir tak pernah tertinggal. Bagi Randi, berlari bersama Pelari Kampong adalah tentang menjaga keseimbangan antara tubuh yang sehat dan jiwa yang tetap waras di tengah kesibukan.
Randi mengaku, keputusannya bergabung dengan Pelari Kampong berangkat dari kebutuhan sederhana yang mencari ruang untuk bergerak tanpa tekanan. Rutinitas kerja yang padat sering kali menyisakan lelah yang tak kasat mata. Dari situlah, langkah kaki di jalanan Selatpanjang menjadi cara paling jujur untuk melepaskan penat.
“Berlari bersama ini rasanya berbeda. Tidak ada paksaan soal jarak atau kecepatan. Kita saling menunggu, saling menguatkan,” ujar Randi, sembari menyeka keringatnya usai sesi lari sore.
Baginya, Pelari Kampong bukan sekadar komunitas olahraga. Ia menjelma ruang silaturahmi yang hangat. Di sela napas terengah dan langkah yang mulai melambat, obrolan ringan tumbuh—tentang pekerjaan, keluarga, hingga mimpi-mimpi kecil yang kerap tertunda.
Randi juga menilai suasana kampung Selatpanjang memberi energi tersendiri. Udara pagi yang segar, senja yang ramah, serta sapaan warga yang ditemui di sepanjang rute membuat aktivitas berlari terasa lebih bermakna. Jalanan bukan lagi sekadar lintasan, melainkan ruang perjumpaan yang menyatukan banyak cerita.
Sebagai bagian dari Pelari Kampong, Randi berharap komunitas ini terus tumbuh menjadi ruang yang inklusif dan ramah bagi siapa saja. Menurutnya, lari tak harus selalu kompetitif. Yang lebih penting adalah konsistensi dan kebersamaan.
“Yang kita jaga bukan hanya fisik, tapi juga rasa. Rasa kebersamaan, rasa memiliki kampung ini,” tuturnya.
Di jalanan kampung, di antara napas dan langkah yang terjaga, Pelari Kampong terus bergerak membawa semangat hidup sehat, merawat kebersamaan, dan mencintai kampung halaman dengan cara yang paling sederhana yakni berlari bersama.
Di kota yang dikenal dengan makanan khas sagu dan aroma lautnya ini, Pelari Kampong menjadi penanda bahwa generasi muda masih punya cara sederhana untuk mencintai ruang hidupnya. Dengan berlari, mereka menghidupkan jalanan. Dengan kebersamaan, mereka merawat kota.
Dan ketika malam kian turun, langkah-langkah itu pun berhenti. Namun semangatnya tertinggal di aspal Selatpanjang menunggu waktu untuk kembali berlari mengelilingi Kota Sagu, dan menyalakan harapan dari kampung sendiri.
Setelah tubuh beristirahat di malam hari, kenangan akan lari pagi itu masih bersemi. Setiap anggota Pelari Kampong tidur dengan nyenyak, membawa serta janji akan fajar esok, janji akan langkah-langkah baru di jalanan kampong yang damai, di bawah langit yang sama, bersama teman-teman yang telah menjadi keluarga. (R-01)
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
Bencana Alam Sumatra, Anggota DPD Penrad Siagian: Negara Bertanggung Jawab Pulihkan Kerusakan
RiauAksed.com, Jakarta – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Pdt. Penrad Siagian,Sambut Siaga Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, PLN UPT Pekanbaru Perkuat Keandalan Sistem Kelistrikan
RiauAkses.com, Pekanbaru – PT PLN (Persero) melalui Unit Pelaksana Transmisi (UPT) PekanbaruWastra Lokal Riau Jadi Kekuatan Baru Pengembangan Fesyen Daerah
RiauAkses.com, Pekanbaru - Wastra lokal Riau dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkanTerungkap Lewat Sinyal GPS, Pelaku Curanmor di Siak Diamankan Polisi
RiauAkses.com, Siak - PM alias Otong tak berkutik diringkus Tim Opsnal Unit ReskrimAPHI Riau Fokus Cetak Pengusaha Baru dan Serap Puluhan Ribu Tenaga Kerja Lokal
RiauAkses.com, Pekanbaru - Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Komisariat Daerah (Komda) Riau







Komentar Via Facebook :