Home / Riau /
Menutup Pengabdian, Membuka Pintu Silaturahmi: Kisah 14 Tahun Perjalanan Bambang Suprianto di Kepulauan Meranti
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti menggelar Pelepasan Purnabakti untuk Sekda yang telah mengabdikan diri sebagai ASN di daerah termuda di Riau itu selama 14 tahun. Foto: SM News
RiauAkses.com, Kepulauan Meranti - Di bawah cahaya lampu yang dinyalakan di Ballroom Afifa Sport Center Selatpanjang, suasana terasa berbeda pada Kamis (27/11/2025) siang itu. Tidak ada derap langkah tergesa seorang Sekretaris Daerah yang biasa sibuk mengurus dokumen, mengatur rapat, atau menandatangani keputusan penting. Yang ada hanyalah sosok Bambang Suprianto, SE MM yang duduk tenang, namun jelas menyimpan gelombang emosi di balik sorot matanya yang berbinar.
Siang itu, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti menggelar Pelepasan Purnabakti untuk Sekda yang telah mengabdikan diri sebagai ASN di daerah termuda di Riau itu selama 14 tahun. Aura haru menyelimuti ruangan. Para ASN, pejabat, dan tamu undangan menyimak dengan khidmat saat Bambang berdiri untuk menyampaikan pidato terakhirnya.
Dan di sanalah, suaranya yang biasanya tegas, berubah parau. Seolah di hadapan seluruh hadirin, ia menahan sesuatu yang jauh lebih berat daripada tugas dan jabatan, yakni perpisahan.
Ia memulai kisahnya. Tentang perjalanan panjang yang tidak pernah ia sangka akan berlangsung selama ini. Tentang langkah pertamanya menjejakkan kaki di Kepulauan Meranti, Maret 2011, usai mendapatkan restu istri dan keluarga, untuk memenuhi permintaan Bupati Irwan Nasir saat itu.
“Kalau mau dikaji ulang, sebenarnya tidak tertampung air mata… tapi itulah kehidupan kita. Saya saja tidak menyadari bisa bekerja dan bersama teman-teman selama lebih kurang 14 tahun " ucap Bambang dengan suara bergetar.
Perjalanan Bambang bukanlah sekadar deretan jabatan. Ia pernah memulai dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Lalu dipercaya memegang tanggung jawab besar di BPKAD pada masa pemerintahan Irwan Nasir. Pengabdiannya berlanjut hingga ia ditunjuk menjadi Pelaksana Harian Sekda, kemudian Penjabat Sekda pada Januari 2020. Dan pada 9 Maret 2022, ia secara resmi dilantik sebagai Sekretaris Daerah definitif oleh Bupati H. Muhammad Adil.
Setiap jabatan itu bukan hanya sebuah amanah, tetapi juga serpihan cerita, tantangan, bahkan pengorbanan waktu bersama keluarga.
Di hadapan rekan-rekannya, Bambang bukan saja berpamitan sebagai Sekda, melainkan sebagai sahabat, mitra kerja, dan panutan. Pesan-pesan yang ia sisipkan siang itu bukan sekadar formalitas, tetapi motivasi tulus bagi para ASN: untuk tetap berintegritas, bekerja dengan sepenuh hati, dan menjaga semangat melayani masyarakat.
Tangis tertahan, tepuk tangan panjang, dan kehangatan yang menyelimuti ruangan itu menjadi saksi bahwa 14 tahun pengabdian bukanlah waktu yang singkat—dan bukan pula perjalanan yang biasa-biasa saja.
Bambang Suprianto menutup masa baktinya dengan kepala tegak, namun hati yang tersentuh. Meninggalkan jejak profesionalitas, ketulusan, dan pelajaran berharga bagi generasi ASN berikutnya di Kepulauan Meranti.
Di tengah suasana haru pelepasan Purnabakti Sekretaris Daerah Kepulauan Meranti, Bambang Suprianto kembali mengurai kisah hidupnya—kali ini lebih personal, lebih jujur, dan menyentuh hati siapa pun yang mendengarnya.
Dengan suara yang pelan namun mantap, ia menceritakan bagaimana perjalanan panjang pengabdiannya tak hanya ditopang oleh tekad pribadi, tetapi juga oleh pengorbanan keluarga yang diam-diam ikut menopang langkahnya.
Ia ingat betul saat pertama kali diminta bertugas di Kepulauan Meranti. Saat itu, ada satu kesepakatan sederhana namun penuh makna antara dirinya dan sang istri:
bahwa setiap hari Jumat ia harus pulang ke Batam, dan pada hari Minggu kembali lagi ke Selatpanjang. Bukan untuk hal besar.
Bukan untuk urusan penting dinas.
Melainkan sekadar melepaskan rindu.
Kesepakatan itu bertahan bertahun-tahun, melewati dua masa pemerintahan, termasuk di era Bupati H. Asmar yang dengan penuh pengertian mengizinkannya menjalankan ritme pengabdian yang juga menjaga bahtera rumah tangganya.
“Saya izin setiap Jumat meninggalkan Selatpanjang, Minggu saya tiba lagi di Selatpanjang… begitu selama ini, sampai saat ini Pak Asmar mengizinkan,” ucap Bambang, menahan getir.
“Saya minta maaf tidak berada di Selatpanjang setiap akhir pekan, karena begitulah kesepakatan kami suami istri. Kalau kita bayangkan Selatpanjang dan Batam saat itu tentu jauh berbeda, namun itulah pengabdian. Niat saya memang ingin mengabdi di sini,” tuturnya lagi.
Namun cerita yang paling mengejutkan muncul setelah itu. Bambang berkata, ada satu percikan takdir yang baru ia sadari ketika berbincang dengan orang tuanya bahwa ternyata ia pernah singgah di tanah ini jauh sebelum ia mengenalnya sebagai daerah tugas.
“Saya… saat dalam kandungan ibu, dapatnya di Selatpanjang. Orang tua saya sebenarnya polisi, sama dengan Pak Asmar. Tugas di Selatpanjang tahun 1962–1967. Saya memang lahir di Bengkalis, tapi dalam kandungan ibu, saya ada di Selatpanjang" ujarnya membuat sebagian hadirin terdiam.
Ia seakan menemukan benang merah yang selama ini tersembunyi dalam perjalanan takdirnya. Bahwa tanah yang kini menjadi tempat pengabdiannya selama hampir separuh karier ASN-nya, ternyata sudah lebih dahulu menjadi bagian dari perjalanan hidupnya bahkan sebelum ia dilahirkan.
“Sekian tahun saya mengabdi sebagai pegawai negeri, masa kerja saya lebih kurang 23 tahun 8 bulan… hampir setengahnya saya habiskan di Selatpanjang. Itulah takdir. Takdir yang tidak kita sangka, yang tidak kita duga,"
tuturnya lagi.
Di hadapan forum itu, cerita Bambang bukan sekadar nostalgia. Ia adalah potret perjalanan seorang abdi negara yang memilih bertahan, memilih mengabdi, dan memilih menanam hati di tanah yang diam-diam sudah menjadi bagian dari dirinya sejak dalam kandungan.
Dan di saat itu, seluruh hadirin seakan memahami satu hal bahwa pengabdian terbesar sering kali lahir dari kisah-kisah kecil yang hanya diketahui keluarga, hati, dan takdir.
Di hadapan para tamu yang hadir, suasana haru semakin terasa ketika Bambang Suprianto melanjutkan kisah pengabdiannya. Dengan nada suara yang rendah namun penuh ketegasan yang khas, ia berbicara tentang filosofi hidup yang selalu ia pegang selama bertugas sebagai Aparatur Sipil Negara.
Baginya, Kepulauan Meranti bukan sekadar lokasi penugasan. Bukan pula sekadar titik pada peta birokrasi. Namun rumah pengabdian, tempat di mana seorang ASN benar-benar diuji komitmen dan kejujurannya.
“Prinsipnya saya sampaikan ke teman-teman OPD, kalau memang orientasinya pengabdian, di Meranti lah tempat kita mengabdi sebagai PNS. Jadi saya berharap kepala OPD dan rekan-rekan lainnya, ambillah sisi baik yang diberikan. Jangan sisi buruk yang dikenang,"
ujar Bambang, menatap satu per satu wajah yang ada di hadapannya.
Di balik ketegasan dan karakter disiplin yang selama ini dikenal banyak pihak, Bambang mengaku dirinya bukanlah sosok yang keras tanpa alasan. Justru sebaliknya—ia berkata bahwa ketegasan itu adalah cara untuk menggali motivasi, bukan menumbuhkan ketakutan.
“Saya memang keras terhadap bawahan… tapi kerasnya saya untuk menggali motivasi. Tapi saya ini penyedih orangnya. Ada persoalan, air mata turun dulu. Saat membahas persoalan, kalau tidak ada dialog, tidak ada teking-teking dulu, itu tidak sah. Tidak akan kalah. Tapi setelah itu, barulah kita dapat penyelesaiannya," ucapnya sambil menahan getar suara.
Ia menegaskan, proses belajar tidak hanya melalui buku dan aturan, tetapi juga melalui komunikasi, adaptasi, dan kesediaan mendengar berbagai aspirasi.
Lalu, Bambang tersenyum kecil saat menyinggung satu babak lain dalam perjalanan kariernya yakni dinamika hubungan kerja dengan Bupati Kepulauan Meranti, AKBP (Purn) H. Asmar.
Ia bercerita bagaimana dirinya dan Asmar pernah berada pada perdebatan yang cukup keras—sebuah hal yang kerap terjadi di tengah tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab publik.
“Saya terakhir komunikasi dengan Pak Bupati itu, saya berdebat. Tapi kami cukup sampai di situ, dan saya ikhlas… Ketika saya marah dengan Pak Asmar, itulah terakhir kalinya. Saya sudah mohon maaf. Namun beliau tidak masuk hati—itulah kelebihan beliau," kata Bambang jujur.
Ada jeda sejenak. Seolah Bambang sedang memilih kata, agar pesannya tidak hanya sampai ke telinga, tetapi juga ke sanubari para hadirin.
“Untuk itu saya sampaikan, jangan terlalu masuk hati ketika Pak Asmar terlalu frontal. Saya menyikapi itu. Tunggu adem ayem… baru berkomunikasi lagi,” ucapnya.
Di titik ini, hadirin seakan melihat bukan hanya seorang Sekda yang tengah berpamitan, tetapi seorang senior, seorang mentor, sekaligus seorang saudara yang memberi pesan terakhir dengan penuh kehangatan dan kejujuran.
Dalam suasana penuh haru yang masih menyelimuti ruangan, Bambang Suprianto kembali menyampaikan wejangan terakhirnya. Kali ini dengan nada yang lebih lembut, namun penuh penekanan makna. Ia berbicara tentang kesetiaan pada visi besar daerah, sesuatu yang ia pegang kuat selama masa pengabdiannya.
“Saya berharap teman-teman OPD… visi beliau tolong dibantu yakni Unggul, Agamis, dan Sejahtera. Kalau bisa didukung dua periode, dan periode ketiga dilanjutkan oleh Pak Wakil. Supaya kesinambungan pembangunan itu dapat berjalan…," ujarnya pelan namun tegas.
Bambang menatap para pejabat yang hadir, seolah ingin memastikan pesan itu benar-benar ditangkap. Ia menjelaskan bagaimana keberhasilan pembangunan tidak ditentukan dalam satu atau dua tahun, bahkan bukan hanya dalam satu masa kepemimpinan.
“RPJMD yang dirancang 25 tahun… bukan lima tahun. Itu harus diselaraskan. Ini saran saya,” katanya lirih. Saran yang lahir bukan dari kepentingan politik, tapi dari pengalaman panjang sebagai seorang birokrat yang melihat sendiri betapa pentingnya kesinambungan.
Ia lalu bercerita mengenai perjalanan kariernya sendiri—sebuah perjalanan yang tidak selalu berjalan di jalur yang sesuai latar belakang pendidikan.
“Saya bertugas lama di BPKAD… walaupun itu bukan bidang saya. Saya ini basic lingkungan hidup, teknik kimia. Lanjut ke S1 ekonomi dan S2 manajemen SDM. Tapi penempatan tugas tidak selalu sesuai latar belakang," kenangnya dengan senyum kecil yang tersirat.
Bambang kemudian menyampaikan inti pesan yang ia harap dapat menjadi pegangan bagi para ASN muda maupun senior.
“Latar belakang pendidikan itu tidak menjamin kita menjadi orang yang berhasil. Pengalaman, komunikasi, kolaborasi—itulah keberhasilannya. Itu yang saya jalani," tukasnya.
Ia menegaskan bahwa birokrasi akan kokoh jika para aparatur tidak hanya mengandalkan gelar akademik, namun mampu membangun dialog, membina kerja sama, dan memahami dinamika organisasi.
“Jangan beranggapan pendidikan saja yang membuat kita berhasil. Itu hanya komponen pendukung. Tapi komunikasi… kolaborasi… itu faktor utama untuk kita maju sebagai aparat pemerintah," ungkapnya.
Kata-kata itu terucap dengan ketulusan seorang senior yang tahu betul dinamika ruang-ruang rapat, tekanan kebijakan, dan tanggung jawab pelayanan publik.
Bambang kembali melanjutkan kisah perjalanan panjangnya sebagai abdi negara—sebuah perjalanan yang dimulai dari pangkat paling rendah hingga akhirnya mencapai titik tertinggi dalam karier birokrasi.
“Saya jadi pegawai dengan pangkat pertama itu 2B. Dua tahun kemudian baru naik ke 2C. Saya akan pensiun terakhir di zaman Pak Asmar dengan pangkat 4E, dan itu tidak pernah saya bayangkan,” tuturnya.
Mengenang perjalanan panjang yang ia jalani penuh konsistensi dan kerja keras. Ia bahkan membandingkan pencapaiannya dengan ayahnya yang seorang polisi dan pensiun dengan pangkat mayor—jika disetarakan di sipil berada pada golongan 3C.
Perjalanan karier itu bukan hanya soal kenaikan pangkat, tetapi juga tentang proses pembelajaran panjang, dinamika pekerjaan, dan tantangan yang membentuknya hingga hari ini.
Meski hari-hari terakhirnya sebagai Sekda tinggal menghitung waktu, Bambang berulang kali menitipkan pesan penting yakni dukung penuh kebijakan Bupati dan Wakil Bupati, serta jalankan visi-misi yang telah dirumuskan demi kemajuan daerah.
“Dukung Pak Bupati dan wakil, sampaikan visi-misi beliau, serta lakukan efisiensi semaksimal mungkin,” pesannya. Di hadapan para ASN dan hadirin, ia juga menyampaikan permohonan maaf atas segala kekhilafan selama 14 tahun mengabdi di Kepulauan Meranti.
Bambang mengungkapkan bahwa ia akan menjalani masa pensiunnya di Kota Batam, Kepulauan Riau. Meski begitu, pintu komunikasi tetap ia buka bagi siapa pun yang masih membutuhkan pandangan dan pemikiran darinya.
“Jujur saja, selama 14 tahun di Meranti kita bekerja dan beradaptasi, saya memohon maaf sepuluh jari. Masa tugas saya tinggal besok Jumat pukul 16.30. Namun jika masih diperlukan saran dan pandangan, saya siap membuka diri meskipun saya nanti menetap di Batam. Bagi yang berkesempatan hadir dalam pertemuan silaturahmi nanti, kami sangat welcome,” pungkasnya.
Sebuah akhir babak dari perjalanan panjang seorang birokrat yang tumbuh, berjuang, dan mengabdi sepenuh hati—seraya membuka lembaran baru dalam sunyi masa purnabakti.
Bupati H. Asmar menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kontribusi Bambang Suprianto dalam memajukan Kabupaten Kepulauan Meranti.
"Kami mengucapkan terima kasih atas dedikasi dan pengabdian Bapak Bambang Suprianto selama menjabat sebagai Sekretaris Daerah, semoga pengalaman dan ilmu yang dimiliki dapat bermanfaat bagi masyarakat," ujar Bupati Asmar.
Asmar mengatakan, Sekda Bambang adalah sosok figur yang sangat enak diajak untuk berkomunikasi, beliau banyak membantu, baik urusan di dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan.
"Semoga kiprahnya Pak Sekda dapat menjadi tauladan bagi semuanya, sehingga bisa melanjutkan kiprahnya terkait dengan birokrasi dan pembangunan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti sehingga bisa lebih maju lagi ke depan," ungkapnya.
Selanjutnya, Bupati Asmar percaya dalam kebersamaan baik secara pribadi dan kedinasan, tentu terdapat salah dan silap, baik itu sikap, tutur kata, maupun perbuatan.
"Melalui kesempatan ini pula, baik atas nama pribadi, keluarga, pemerintah dan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti, perkenankan pula kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya," ucapnya. (R -01)
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
Renovasi Gedung Lipat Kajang yang Terbakar Ditunda, Pemko Pekanbaru Targetkan Tahun Depan
RiauAkses.Com, Pekanbaru - Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru menunda pelaksanaan renovasiSekdaprov Syahrial Abdi Klaim Roda Pemerintahan Riau Tetap Jalan Meski Gubernur Terjaring OTT KPK
RiauAkses.Com, Riau - Sekretaris Daerah Provinsi Riau Syahrial Abdi menyatakan rodaPemprov Riau Dorong Kolaborasi Lintas Sektor Turunkan Angka Stunting
RiauAkses.Com, Riau - Sekretaris Daerah Provinsi Riau Syahrial Abdi menekankan pentingnyaSPPG Pulau Merbau Beroperasi: 10.851 Porsi MBG Disalurkan Kepada Anak-anak di Kepulauan Meranti
RiauAkses.Com, Selatpanjang - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus menunjukkan dampaknyaTegaskan Perkara Sengketa Lahan dengan Swandi Belum Berkekuatan Hukum Tetap, Pemkab Kepulauan Meranti Tempuh Kasasi
RiauAkses.com, Kepulauan Meranti - Sehubungan dengan munculnya pemberitaan di sejumlah media yang







Komentar Via Facebook :