Home / Riau /
Ketika Dapur Sunyi dan Nasi Tak Lagi Terhidang: Cerita Di Balik Terhentinya Sementara MBG di Kepulauan Meranti
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan sejak 17 Februari lalu menjadi penyemangat pagi para siswa kini terhenti sementara di Kepulauan Meranti. Foto: SM News
RiauAkses.com, Kepulauan Meranti - Pagi itu, suasana di sejumlah sekolah di Kecamatan Tebingtinggi, Kepulauan Meranti, terasa berbeda. Tidak ada lagi siswa yang menunggu petugas membagikan makanan enak di masing-masing meja dan tidak ada aroma lauk pauk dan sayuran dari dapur umum di Jalan Karya Utama. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan sejak 17 Februari lalu menjadi penyemangat pagi para siswa kini terhenti sementara.
Sebanyak 2.671 siswa di 11 sekolah yang terdiri dari 9 SD dan 2 SMP tak lagi menerima makanan bergizi yang selama ini menjadi bagian dari keseharian mereka. Dapur yang dikelola oleh Yayasan Tuah Karya Mandiri itu kini lengang, sementara para siswa kembali mengandalkan bekal dari rumah—jika ada.
Program yang menjadi salah satu janji politik Presiden Prabowo Subianto itu sebelumnya menyasar 1.745 siswa di delapan sekolah di Kepulauan Meranti untuk sementara waktu. Program ini tidak hanya memberi makan, tetapi juga memberi harapan—bahwa negara hadir, bahkan sampai ke ruang kelas kecil di Selatpanjang Timur dan sekitarnya, wilayah dengan radius 6 kilometer dari dapur.
Namun sejak 19 Mei 2025, program ini "off". Bukan karena tak lagi dianggarkan. Bukan karena kesalahan. Tapi karena perubahan administrasi.
Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kepulauan Meranti, Suryani S.Kom., M.Han., menjelaskan bahwa penghentian sementara ini disebabkan oleh proses penyesuaian dalam mekanisme pendanaan. Virtual Account (VA) kini tengah disiapkan oleh Badan Gizi Nasional (BGN) untuk dapur-dapur pelaksana, termasuk dapur di Kepulauan Meranti.
"Programnya masih berjalan, namun untuk sementara waktu off sejak 19 Mei lalu karena adanya penyesuaian administrasi terbaru dan kapan pastinya belum diketahui sambil menunggu arahan dari pimpinan," kata Suryani S. Kom. M. Han menyebutkan adanya kendala administratif, Rabu (28/5/2025).
Dikatakan Suryani, saat ini yayasan dengan BGN (Badan Gizi Nasional) sedang menyiapkan VA (Virtual account). Dimanananti dapur nanti punya VA untuk menerima anggaran.
Menurutnya, jika dulu anggaran MBG diterima belakang oleh dapur SPPG. Kini dengan adanya VA, dana akan diterima di depan terlebih dahulu dan tidak lagi melalui dana talangan yayasan.
“Kalau sebelumnya yayasan pakai dana talangan, sekarang tidak lagi. Setelah VA siap, dana akan langsung ditransfer ke dapur. Ini agar lebih tertib dan efisien,” kata Suryani.
Meski tidak ada kepastian kapan MBG akan berjalan lagi, Suryani optimis pertengahan Juni dapur akan kembali mengepul. Ia menyebut bahwa perubahan ini tidak hanya terjadi di Meranti, melainkan juga di beberapa daerah lain yang turut menjalankan program MBG.
"Terhadap perubahan administratif ini sudah kami akomodir, semoga saja pasca transisi metode ini pelaksanaan MBG dapat kembali berjalan. Kita upayakan 2-3 minggu lagi program kembali running," tuturnya.
Suryani memastikan setelah selesai proses VA akan dilaksanakan kembali MBG, juga kendala pemberhentian sementara MBG tidak hanya di Kepulauan Meranti, namun di beberapa daerah.
“Kalau saat ini di beberapa daerah kemungkinan juga MBG nya berhenti. Jadi tidak hanya kita saja. Pemberhentian sementara tidak ada perubahan, jumlah siswa hanya perubahan mekanisme saja,” pungkasnya.
Namun tetap saja, dalam jeda waktu ini—terjadi kekosongan. Bukan hanya di piring makan para siswa, tetapi juga di hati para orang tua yang sebelumnya merasa terbantu.
MBG bukan hanya program makan. Ia adalah pengikat sosial. Anak-anak dari keluarga prasejahtera merasa dihargai, merasa negara hadir di meja makan mereka. Ketika program ini terhenti, seketika itu pula muncul kekhawatiran: apakah ini jeda sesaat, atau pertanda sesuatu yang lebih rumit di belakangnya?
Dalam kondisi seperti ini, komunikasi menjadi sangat penting. Penjelasan dari pemerintah daerah dan pusat mesti hadir dengan lugas agar kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Sebab yang sedang dipertaruhkan bukan sekadar makanan, tetapi kepercayaan publik pada janji besar yang telah digaungkan.
Di dapur yang kini hening itu, harapan masih tergantung di dinding. Sebab setiap kotak makan bergizi yang diterima anak-anak, sesungguhnya adalah janji masa depan yang sedang dikunyah perlahan-lahan. (R-01)
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
BP3MI Riau Gagalkan Penyelundupan PMI Ilegal Asal Jember ke Malaysia
RiauAkses.com, Dumai - Tim gabungan terdiri dari Tim Reaksi Cepat (TRC) Perlindungan PMI BP3MI RiauDiduga Terlibat Cekcok, Warga di Pekanbaru Dibacok Dua Pria
RiauAkses.com, Pekanbaru - Aksi pembacokan terjadi di Jalan Gotong Royong, Kecamatan Payung Sekaki,Cegah Kontaminasi, Lapas Pekanbaru Latih Warga Binaan Dapur
RiauAkses.com, Pekanbaru - Makanan adalah kebutuhan pokok yang tak terpisahkan dari kehidupanSeribu Pertanyaan di Balik Rotasi Eselon II, Jabatan Kepala Disdikbud Kepulauan Meranti Kosong Tanpa Pejabat Definitif
RiauAkses.com, Kepulauan Meranti - Pemkab Kepulauan Meranti melakukan perombakan terhadap kabinetPolda Riau Musnahkan 119 Kg Sabu, Ribuan Butir Ekstasi, Heroin, dan Ganja
RiauAkses.com, Pekanbaru — Kepolisian Daerah (Polda) Riau kembali menunjukkan komitmennya







Komentar Via Facebook :