Home / Riau /
Warga Tenan Perbaiki Jembatan Roboh Tanpa Bantuan Pemerintah Desa: Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi?
Warga bergotong royong perbaiki jembatan roboh di Desa Tenan, Kecamatan Tebingtinggi Barat. Foto: SM News
RiauAkses.com, Kepulauan Meranti - Pagi masih basah oleh embun, namun sejumlah warga Desa Tenan, Kecamatan Tebingtinggi Barat sudah mulai berkumpul di Dusun 3 Tenggayun. Dengan membawa alat seadanya seperti parang, palu, cangkul, dan alat tukang lainnya dengan semangat kebersamaan—mereka bergerak serempak memperbaiki jembatan gorong-gorong Jalan Utama yang roboh.
Jembatan itu menjadi akses vital warga, namun usia dan beban berat kendaraan pengangkut barang membuatnya tak mampu bertahan.
Sejak Jembatan Panglima Sampul di Sungai Perumbi ambruk beberapa waktu lalu, arus kendaraan berat seperti gerobak dan mobil yang membawa material dan hasil pertanian beralih melalui Desa Tenan. Tidak hanya itu, Ambulance dan mobil PLN juga melewati jalan itu. Sayangnya, jalan dan infrastruktur di sana tak dirancang untuk menahan beban tersebut. Kondisi jalan yang sejak Kabupaten Kepulauan Meranti dimekarkan belum pernah tersentuh perbaikan, kian memperparah keadaan.
Di tengah kondisi darurat ini, muncul sosok Moh Ngadnan atau akrab disapa Denan—seorang tokoh masyarakat yang tak mau tinggal diam. Tanpa dukungan dari Pemerintah Desa Tenan, Denan menggagas perbaikan jembatan secara swadaya. Ia mendatangi satu per satu donatur pengusaha kayu, pedagang, hingga pengusaha ayam dari Desa Tenan, Batang Malas, dan Kundur yang kerap melintasi jalur tersebut.
“Karena jembatan gorong-gorongnya roboh, kita berinisiatif memperbaikinya dengan dana seadanya, menggunakan material kayu. Alhamdulillah, meskipun tidak ada anggaran dari desa kita, banyak donatur yang ikut bantu. Terkumpul lebih dari Rp 6 juta dan uangnya kita gunakan untuk beli bahan dan juga bayar pekerja,” ujar Denan.
Perbaikan itu bukan hanya soal mengganti kayu lapuk, tapi juga tentang menjaga denyut nadi ekonomi warga yang bergantung pada jalur distribusi ini. Warga tidak hanya menyumbang tenaga, tapi juga hati dan harapan.
Meski pekerjaan dilakukan dengan sistem gotong royong, Denan tetap memastikan para pekerja mendapat upah layak. Babinsa pun turut turun tangan membantu kelancaran proses.
Bagi warga Tenan, ini bukan hanya sekadar jembatan kayu. Ini adalah simbol ketahanan masyarakat dalam menghadapi keterbatasan. Tanpa bergantung pada anggaran formal, mereka menunjukkan bahwa solidaritas bisa menjadi pondasi yang lebih kuat dari beton sekalipun.
Namun di balik semangat warga itu, tersimpan kegundahan yang tak bisa disembunyikan oleh Moh Ngadnan. Pria yang akrab disapa Denan itu tak bisa menyembunyikan kekecewaannya terhadap sikap Pemerintah Desa Tenan yang terkesan apatis.
"Kalau infrastruktur rusak di desa, itu sudah menjadi tanggung jawab pemerintah desa. Tapi kenyataannya, saat kondisi mendesak seperti ini, tak ada bantuan turun. Padahal, saya dengar sendiri dari beberapa orang, ada sumbangan pembangunan setiap bulannya dari tiga kilang sagu sebesar Rp 1 juta per tempat. Tapi dananya kemana dan kenapa tidak digunakan, ini sebatang paku pun tak ada dibantu," tutur Denan.
Menurut Denan, alasan yang disampaikan secara tidak langsung oleh Kepala Desa melalui orang lain justru membuatnya makin geram. Disebutkan bahwa kerusakan jembatan tersebut terjadi karena ulah warga luar desa, sehingga desa merasa tidak berkewajiban turun tangan.
"Kalau seperti itu cara berpikirnya, berarti warga kita juga dibiarkan sengsara. Karena jalan ini bukan cuma dipakai warga luar, tapi juga masyarakat kita sendiri. Kalau rusak begini terus dibiarkan, maka yang susah bukan cuma mereka, kita juga," tegas Denan.
Sikap menutup mata seperti ini dinilai Denan sangat disayangkan. Di tengah keterbatasan, warga justru bahu membahu, saling membantu, sementara pihak yang secara formal bertanggung jawab justru memilih diam.
Dalam kondisi seperti ini, Denan memilih tidak menunggu keajaiban dari anggaran desa. Ia percaya, selama warga tetap solid, tak ada infrastruktur yang terlalu berat untuk diperbaiki secara gotong royong.
"Kalau bukan kita, siapa lagi yang peduli dengan desa ini? Jangan tunggu semua runtuh baru bergerak," ujarnya dengan nada getir namun penuh keyakinan.
Sebagai langkah perimbangan informasi dan dalam rangka menerapkan prinsip cover both side, wartawan mencoba menghubungi Kepala Desa Tenan, Syamsi, untuk meminta klarifikasi terkait tidak adanya dukungan dari pemerintah desa dalam perbaikan jembatan gorong-gorong di Dusun 3 Tenggayun.
Upaya konfirmasi dilakukan dengan menghubungi nomor telepon 0853-1579-7XXX yang diketahui milik Kepala Desa. Meskipun nomor tersebut dalam keadaan aktif, namun hingga beberapa kali dihubungi, tidak ada respons ataupun panggilan yang diangkat oleh Syamsi.
Sampai berita ini diturunkan, Kepala Desa Tenan belum memberikan keterangan resmi terkait hal tersebut. (R-01)
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
Serikat Pekerja Perkebunan dan Pertanian Sei Kuning Jaya Kembali salurkan Sembako ke Masyarakat
RiauAkses.com, Rokan Hulu - Pimpinan Unit Kerja Serikat Pekerja Perkebunan dan Pertanian Sei KuningUsai Audit BPK, Pemko Pekanbaru Bakal Bagikan Lagi Mobil Dinas Jabatan
RiauAkses.com, Pekanbaru - Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru, segera membagikan kembali mobil dinasTak Ada Nama Indra, Ini 5 Pelamar yang Lolos Seleksi Administrasi Sekdaprov Riau
RiauAkses.com, Pekanbaru - Panitia Seleksi (Pansel) Terbuka Pimpinan Tinggi Madya Sekretaris DaerahBongkar SIM Palsu di Operasi ODOL, Polda Riau Amankan Pelaku
RiauAkses.com, Pekanbaru - Ada seorang pengemudi kedapatan menggunakan Surat Izin MengemudiTruk Tonase Besar Tidak Boleh Lagi Sembarangan Masuk Jalan Kota Pekanbaru
RiauAkses.com, Pekanbaru - Truk tonase besar tidak boleh lagi sembarangan masuk ke jalanan Kota







Komentar Via Facebook :